Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Blinking Onion Kun
Enjoy With My Blog :)
Destia 2012 copyright. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

24 Nov 2012


          Saat matahari terbit dan terbenam, sinar dari matahari melakukan perjalanan yang lebih panjang dibandingkan dengan diwaktu lain seperti siang karena jarak antara kita dan matahari di waktu terbit dan terbenam lebih jauh dibandingkan diwaktu siang. Warna sinar yang mampu mencapai kita adalah warna yang mempunyai gelombang sinar lebih panjang yaitu merah. Inilah sebabnya mengapa matahari terlihat merah diwaktu tersebut
22 Nov 2012

Jawabannya adalah :

           Atmosfir bumi mengandung molekul gas kecil dan partikel (butiran) debu. Sinar matahari yang memasuki atmosfir tersebut bertemu dengan molekul gas dan partikel debu tadi. Warna sinar yang memiliki gelombang sinar lebih panjang seperti merah dan kuning, dapat melewati dan menembus molekul gas dan debu tadi. Tetapi warna biru yang memiliki gelombang sinar lebih pendek dipantulkan kembali ke atas atmosfir. Itulah mengapa langit terlihat berwarna biru. Prinsip yang sama berlaku juga dengan air di laut atau danau yang terlihat berwarna biru.
21 Nov 2012

   
       Tubuh manusia tidak dapat mengtoleransi suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Seseorang yang berada di luar ruangan dengan temperatur udara di bawah minus 29oC tanpa mengenakan pakaian yang cukup tebal akan beku dan berakhir pada kematian karena tubuhnya kehilangan panas.



Pisang merupakan buah yang mudah didapatkan murah dan enak, dibalik harganya yang murah dan enak ternyata pisang mempunyai banyak manfaatnya bagi kesehatan lohh. Nah kamu ingin tahu manfaat apa aja yang di dapat dari buah pisang?


18 Nov 2012

         Sebenernya gak niat buat nge post artikel tentang ginian tapi karena banyaknya yang request ya.. saya post aja deh setelah sekian lamanya akhirnya saya bisa ngepost ini juga...
Oke langsung aja kecaranya :

1.      1.    pertama klik tata letak pada dashboar


23 Sep 2012

           Ada kalanya sobat ingin merubah template yang berbeda dan menarik yang berasal dari website-website resmi, namun sobat tidak bisa menggantinya. Oleh karena itu saya mau berbagi ilmu “Cara Merubah Template”

1. Pertama Sobat download dulu tema yang akan digunakan untuk blog sobat >> DISINI <<

2. Setelah tema ter-download ikuti cara berikut

3. Log-in ke blog sobat

4. Lalu klik template pada dashboar
20 Sep 2012

Karya : Aisyah Wulansari Rahajeng

Desember 2011

Tak bosan. Tak akan pernah bosan aku menatap sesosok gadis di hadapanku. Tetap cantik, meski kini ia tengah terbaring lemah dengan wajahnya yang pucat pasi. Entah mengapa, dalam tak kesadarannya aku seakan melihatnya tengah tersenyum kepadaku. Senyum yang tak asing buatku. Senyum yang akrab menyapaku di setiap hari-hariku….. dulu,,,,
“Aku merindukanmu”
Ucapku terisak bukan untuk yang pertama kalinya. Aku yakin ia akan mendengar apa yang ku katakan, walau tubuhnya tak bergerak sedikitpun. Hanya suara dari mesin pendeteksi detak jantung yang ramaikan suasana yang ada kini. Aku merindukannya. Benar-benar merindukannya.
*****


          Terkadang kita bosan dengan template blog yang gitu-gitu aja. Kita menginginkan template blog yang keren dan beda dari yang lainnya oleh karena saya mau nge-share beberapa tema yang mungkin diantaranya kalian sukai. oke langung saja dilihat Chekidot :)


16 Sep 2012

Tujuan LBB 
(1). Menjamin perdamaian dunia.
(2). Melenyapkan perang. 
(3). Diplomasi terbuka. 
(4). Menaati hukum internasional dan perjanjian internasional.


Asas dan Tujuan PBB

> Asas PBB

    Asas Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut.
1. Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota.
2. Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota.
3. Penyelesaian sengketa dengan cara damai.
4. Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam PBB.
5. PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota.
11 Sep 2012


Langkah-langkah Membuat Origami Bunga dan Daun
Langkah-langkah Membuat Origami Bunga dan Daun
Origami Bunga dan daun ini dibuat dari 2 ukuran kertas. Untuk Bunga digunakan ukuran kertas 1/4 besarnya dari ukuran kertas yang digunakan oleh daunnya.
Dalam gambar langkah-langkah membuat origami bunga dan daun akan diperlihatkan 2 langkah yang berbeda, yaitu bunga dan daun.
9 Sep 2012

ciptaan : Agus Noor




Tukang jahit itu selalu muncul setiap kali menjelang Lebaran. Seolah muncul begitu saja ke kota ini. Kata orang, ia tak hanya bisa menjahit pakaian. Ia juga bisa menjahit kebahagiaan. Tukang jahit itu punya jarum dan benang ajaib yang bisa menjahit hatimu yang sakit. Jarum dan benang, yang konon, diberikan Nabi Khidir dalam mimpinya.

Ibu pernah bercerita, betapa dulu, setiap menjelang Lebaran, kota ini selalu didatangi banyak sekali tukang jahit. Kemunculan mereka selalu menjadi pemandangan yang menakjubkan, Nak. Ketika cahaya matahari pagi yang masih lembut kekuningan menyepuh perbukitan dan halimun perlahan-lahan menyingkap, kau bisa menyaksikan serombongan tukang jahit yang masing-masing memikul dua kotak kayu berbaris muncul dari balik lekuk bukit. Kanak-kanak akan berlarian senang menyambut kemunculan mereka, “Tukang jahit datang! Asyiik! Lebaran jadi datang!” Seakan-akan bila para tukang jahit itu tak muncul, maka Lebaran tidak jadi datang ke kota ini.

Di hari-hari menjelang Lebaran itulah, Nak, kota akan terlihat penuh tukang jahit yang berkeliling menawarkan menjahitkan pakaian. Mereka menggelar dasaran di trotoar, di pojokan jalan, di keteduhan pepohonan, di emper pertokoan. Mereka mengeluarkan mesin jahit lipat dari dalam kotak yang dibawanya; menata bundelan-bundelan benang, jarum dondom dan jarum pentul, gunting, silet, mangkuk-mangkuk berisi kancing warna-warni, meletakkannya di atas kotak kayu yang digunakan sebagai meja. Para penduduk antre menjahitkan pakaian dan hiruk dalam keramaian menyambut Lebaran. Anak-anak berceloteh riang tentang baju baru yang akan mereka kenakan.


8 Sep 2012


Pengembara dan si Pelit yang kehilangan harta
Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"



Baca Selengkapnya >>>


LELAKI itu berdiri di dekat jendela. Temaram lampu kamar, membingkai bayangannya seperti setengah memanjang. Sesaat, aku hanya menangkap nuansa kesedihan di wajahnya. Wajah yang menyiratkan selaksa kepucatan yang membentang seperti iring-iringan awan melingkupi langit. Dia lebih banyak diam, mendengarkan dengan syahdu suara seseorang di seberang. Aku tahu, dia sedang mengangkat telepon istrinya. Tetapi, aku tak mendengar dengan jelas: suaranya pelan setengah berbisik, seperti dengung serangga. Sesekali, ia mengangguk-angguk.
Aku masih meringkuk dibalut selimut. Tapi tiba-tiba, kulihat segumpal warna serupa sisa badai yang menggumpal di sudut matanya. Mata yang membuatku bergidik menatapnya lebih lama. Tak sampai semenit, dia mematikan handphone, kemudian berjalan ke arahku.

”Aku harus pulang,” suaranya datar tidak terlalu mengejutkanku. Seperti hari-hari yang lain, dia tidak selalu mengungkapkan satu alasan pun sebelum pergi dari rumahku.
”Apakah istrimu tahu kalau malam ini kau di rumahku?”
Dia menggeleng. Sorot matanya kelabu dan ganjil serasa meninggalkan bekas luka pedih bagai timbunan kardus kumal yang teronggok di tempat sampah. Lama, kami bersitatap pandang. Matanya mendidih, serupa air yang dijerang di atas tungku. Aku ingin bertanya…, tetapi genangan hitam di sudut matanya itu membuatku beringsut. Dan, malam itu, dia benar-benar seperti orang asing yang baru kukenal.
Dia buru-buru berpakaian. Aku hanya menatapnya dengan diam, bahkan ketika ia pergi dengan tergesa dan meninggalkanku yang masih meringkuk setengah telanjang dalam balutan selimut.
***
IA tidak tahu, betapa aku bergidik takut tatkala istriku meneleponku. Meski itu bukan kali pertama istriku tiba-tiba meneleponku saat aku tidur di rumahnya, tetapi malam itu aku serasa digulung ombak berlipat-lipat: hanyut dalam gelombang yang hampir menenggelamkanku. Setelah aku mengangkat telepon, istriku langsung menangis tersedu. Tangisnya pecah, membuat telingaku serasa basah. Kutunggu lama, hingga tangisnya reda. Hening sejenak, sebelum kemudian istriku memintaku pulang. Anakku sakit.
Kabar itu, sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan. Tapi, aku merasakan tiba-tiba menggigil. Tangis istriku bagai gerimis yang turun seketika meninggalkan kepekatan yang membentang di cakrawala serupa kerlip lampu di sepanjang jalan yang mati tiba-tiba dan membuat seluruh kota tergeragap. Seberkas cahaya memudar, berganti gelap. Kesunyian meruncing. Dalam perjalanan pulang, hawa dingin terus menjalar ke seluruh tubuhku. Setibaku di rumah, aku membuka pintu rumah dengan gugup, seraya mencium aroma parfum yang masih tertinggal di tubuhku—sekadar menepis kecurigaan istriku sebelum aku menerabas masuk ke kamar. Tatapan istriku tak menaruh curiga, ketika aku berdiri di ambang pintu kecuali ia terlihat gugup. ”Sejak satu jam yang lalu, panasnya tak kunjung turun,” tukas istriku.
”Kenapa kau tak langsung membawanya ke dokter…” ujarku tak sedikit pun merasa bersalah
Kupegang kepala anakku. Panasnya cukup tinggi.
Tetapi, istriku tak segera menjawab. Lama, ia menatapku dengan heran. ”Tapi, anak ini butuh ayahnya. Ia tidak hanya membutuhkanku di saat sakit seperti ini. Sayangnya, ayahnya seperti tidak pernah tahu.”
”Jika kau tahu aku sibuk, kau seharusnya tak perlu menungguku sampai pulang untuk sekadar membawanya ke dokter,” tukasku, sambil membopong buah hatiku, bocah mungil yang baru menginjak 1 tahun itu. ”Ayo kita berangkat, sebelum semuanya terlambat dan tambah parah!”
Dalam dekapanku, anakku menggeliat. Kemudian, ia membuka mata. Mata itu, entah kenapa, tidak lagi dingin meneduhkan, melainkan berubah seperti nyala api unggun mata seorang hakim yang mendakwaku dengan tuduhan berat….
***
MATA lelaki itu kemerahan, bagai hamparan jalan di malam hari yang diterpa gemerlap lampu. Dan, sejak kali pertama bertemu laki-laki itu, aku seperti ditelungkupkan pada seraut kenangan. Aku tak tahu, mengapa aku tiba-tiba seperti direnggut perasaan aneh dan ganjil. Aku seketika jatuh cinta. Apa yang kusuka dari lelaki itu? Jujur, ia mengingatkanku akan masa laluku—dua tahun lalu—tatkala aku lulus dari kuliah. Aku masih luntang-lantung, belum mendapatkan pekerjaan layak, dan kerap tidur di rumah teman.
Hingga akhirnya, kehidupanku berubah setelah aku bertemu dengan seorang lelaki yang benar-benar asing bagiku—lelaki yang kemudian menjadikanku istri simpanan. Ia hampir memberiku apa yang aku butuhkan kecuali kepastian…. Ia bisa datang satu minggu sekali, kadang bisa satu bulan sekali, atau bahkan dua bulan sekali. Ia datang ketika butuh, dan ia tidak pernah datang ketika aku sedang membutuhkan kehadirannya pada satu malam tertentu. Hingga semua itu berakhir ketika istrinya tahu keberadaanku.
Dan lelaki ini, tiba-tiba datang dari balik keheningan. Aku tak tahu, bagaimana semua itu bermula. Ia tiba-tiba duduk di sebelahku, ketika aku sedang berpangku tangan di sudut cafe. Ia tersenyum, lalu mengajakku bercengkerama. Di hadapannya, aku seperti hilang…. Ia lelaki biasa, tapi tatapan matanya membuatku luruh. Dalam sekejap, persendianku seperti dialiri getaran aneh yang menjalar ke setiap pori-pori. Mata lelaki itu seperti hamparan laut, tenang dan meneduhkan. Setiap kali aku melihatnya, aku serasa ingin menyelam ke dalamnya….
Aku tidak bisa berkata-kata dan ketika lelaki itu menawarkan kebaikan untuk mengantarku pulang, aku tak kuasa menolak. Sejak itulah, aku sering jatuh sakit ketika ia lama tidak mengunjungiku….
***
SETELAH mengantar perempuan itu, aku pulang ke rumah dengan raut penuh tanda tanya. Istriku—yang biasanya anggun—menyambut kedatanganku dengan cemberut. Tidak seperti biasanya. Ia kali ini tidak tersenyum, tak membawakan tasku—apalagi mau melepaskan dasiku. Sejak ia membuka pintu, ia hanya diam—menatapku dengan mata yang aneh. Aku sudah hafal. Pasti ada peristiwa yang tak ia sukai dan ia memprotesku dengan diam.
Aku meninggalkan istriku yang masih berdiri kaku di balik pintu. Ia menutup pintu, menguncinya dan mengikuti langkahku.
”Noura sakit…,” akhirnya ia buka suara.
Aku berbalik, menatapnya dengan raut tak percaya. ”Sakit apa?”
”Demam… Tadi, badannya panas. Aku sudah membawanya ke dokter…”
”Gimana sekarang?” tanyaku penasaran, seraya merangsek ke kamar.
Putriku tertidur, meringkuk dalam balutan selimut. Entah kenapa, aku selalu menemukan setangkup ketenangan yang selalu menelusup dalam hatiku, ketika mataku menatap bola mata mungilnya. Tapi, kali ini putriku terpejam. Aku menempelkan tangan di keningnya. Kening putriku tidak lagi panas.
”Aku tadi menghubungimu berkali-kali…. Tapi sia-sia! Handphone-mu tidak aktif,” ucap istriku.
Aku tidak menanggapinya. Ia semakin cemberut bahkan kesal. Aku menciumnya putriku pelan-pelan, tak ingin bangun. Tapi, harapanku kandas. Putriku terjaga. Matanya biru, menatapku. Aku merasa tatapan mata putriku… entah kenapa, tidak lagi dingin meneduhkan, tetapi berubah seperti nyala api unggun yang membuatku bergidik takut….
Dan beberapa saat kemudian, ia menangis.
***
DI mataku, tak ada yang istimewa pada lelaki itu. Ia biasa saja—seperti umumnya lelaki lain. Hanya saja, mata lelaki itu selalu memukau dan membuatku serasa di tepi danau. Setiap aku menatapnya, aku seperti melihat hamparan air yang tenang. Bahkan, ketika aku sudah lama tidak bertemu dengannya, aku…. entah kenapa bisa jatuh sakit.
Aku tidak tahu, kenapa semua bisa tak masuk akal. Dan ketika ia menjengukku, perlahan sakitku pulih. Meski ia datang hanya diam, tak pernah banyak bercerita dan bersenda gurau. Tetapi, kedatangannya telah membuatku bisa tersenyum. Ah, lelaki ini benar-benar aneh.
”Aku ingin pergi ke sebuah danau…,” ucapku memecah keheningan.
Lelaki itu diam, dan seperti tidak mau mendengar apa yang aku katakan. Dan aku tahu, dia tak sanggup untuk memenuhi permintaanku. Aku, entah kenapa, merasakan telah meminta sesuatu yang tidak mungkin bisa ia penuhi. Selama ini, memang tidak pernah ada kesepakatan antara kami. Apalagi, setelah aku tahu ia lelaki yang sudah beristri. Itulah yang membuatku tak pernah menuntut apa pun… Tapi, dia tiba-tiba membuatku melambung.
”Besok jika kamu sudah sembuh, aku akan mengantarmu ke pantai…” ucapnya pelan, seraya mencium keningku.
”Sekarang aku sudah sembuh.”
Lelaki itu terbaring tepat di sisiku, kemudian menyibak selimut dan meringkuk bagai sepotong daging dalam kulkas. Tubuhnya dingin dan hampa. Tetapi semua berjalan cepat. Lelaki itu selalu mengerjakannya dengan kilat, sekejap kemudian ia sudah tersengal. Aku mendengar lenguhan panjang dan setelah itu, ia berbaring lemas di balik selimut.
Hingga kemudian, seperti yang sudah-sudah, dering telepon selalu membangunkan tidur nyenyaknya. Ia terbangun, buru-buru menyibak selimut, meraih handphone dan berjalan dengan gugup ke arah jendela. Kulihat sisa embun meruapkan basah di sebagian lempeng kaca jendela saat ia mendengarkan dengan syahdu suara di seberang. Aku tahu, dia sedang mengangkat telepon dari istrinya. Tapi aku tidak mendengar jelas: suaranya pelan setengah berbisik.
Setelah hening, lelaki itu berkata pendek, ”Aku harus segera pulang.”
Aku tak mungkin mencegahnya pergi. Aku tahu, pasti ia pulang lantaran anaknya sakit. Ia pernah bercerita, setiap kali habis menemuiku, pasti anaknya jatuh sakit…
***
Dalam perjalanan pulang, aku benar-benar merasa bergidik dan disesap rasa takut. Itu karena, aku tidak ingin kehilangan anakku. Kalau kulanjutkan hubunganku dengan perempuan itu, aku tak tahu apa yang terjadi dengan anakku. Lama-lama, anakku bisa sakit menahun….
Tiba di rumah, kubuka pintu dengan gugup. Lebih gugup lagi tatkala yang menyambutku bukan istriku, tapi ibu mertuaku. Aku mencium tangan wanita yang telah melahirkan istriku itu dengan takzim, ”Kamu boleh sibuk bahkan kerja mati-matian, tapi jika karena kesibukanmu, justru anak-istrimu sakit, rasanya kesibukanmu akan membuat hidupmu hampa.”
”Ya, Bu…,” jawabku.
Hening sejenak.
”Tapi, bagaimana dengan Noura?” tanyaku gugup.
”Noura tak apa-apa, justru sekarang yang sakit istrimu.”
Aku tercekat. Jadi ia berbohong ketika tadi meneleponku? Ah, kenapa aku sekarang ini tidak peka? Aku langsung menerabas masuk kamar dan menemukan istriku terbaring dengan tubuh lemas. Aku duduk di tepi ranjang. Kulihat istriku menggeliat, menatapku dengan aneh.
”Kenapa tadi kau meneleponku mengatakan Noura yang sakit?”
Istriku diam.
”Kenapa kau berbohong?”
Lagi-lagi, istriku diam. Setelah itu, ia menatapku tajam. Dan mata istriku… entah kenapa tak lagi dingin meneduhkan tapi berubah seperti nyala api unggun yang membuatku bergidik. Mata istriku, kulihat seperti sepasang mata malaikat yang tak henti-henti menuduhku; bahwa akulah yang sebenarnya berbohong.
Jakarta, 2012
5 Sep 2012

 Bahan-bahan dan alat yang diperlukan untuk membuat mainan buaya adalah :
1. botol plastik bekas obat
2. lem plastik yang kuat
3. kawat halus
4. cutter/pisau
5. spidol

31 Agu 2012
Keberhasilan Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, harus diakui sebagai suatu prestasi besar bagi bangsa Indonesia. Di tambah dengan meningkatnya sarana dan prasarana fisik infrastruktur yang dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Namun, keberhasilan ekonomi maupun infrastruktur Orde Baru kurang diimbangi dengan pembangunan mental ( character building ) para pelaksana pemerintahan (birokrat), aparat keamanan maupun pelaku ekonomi (pengusaha / konglomerat). Kalimaksnya, pada pertengahan tahun 1997, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sudah menjadi budaya (bagi penguasa, aparat dan penguasa)